AktaYayasan/Lembaga dari Notaris atau SK Kemenkuham : 4. Piagam Izin Operasional Pondok Pesantren yang telah terdaftar dan aktif : 5. Piagam Izin Penyelenggara PKPPS: 6. Dokumentasi Papan Nama Pesantren: 18. Dokumentasi Asrama: 19. Doumentasi Masjid/Mushalla: 20. Dokumentasi ruang belajar: 21.
Informasi tata cara pendaftaran lembaga pondok pesantren ke Kemenag Kementerian Agama. mengacu kepada peraturan Terbaru. Yaitu UU nomor 18 tahun 2019 dan peraturan Menteri Agama Nomor 30 tahun 2020 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan Pesantren. – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, wilujeng siang poro Kiai, Nyai, ustadz ustadzah, pemilik Yayasan, ketua Organisasi Islam. Dalam PMA nomor 30 tahun 2020 menyebutkan bahwa pesantren memiliki kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kemenag. Ketentuan ini ada pada pasal 4. Berikut ketentuan pada pasal dimaksud dalam PMA no 30 th 2020 Pasal 4 Pendirian Pesantren wajib berkomitmen mengamalkan nilai Islam rahmatan lil alamin dan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Bhinneka Tunggal Ika;memenuhi unsur Pesantren;memberitahukan keberadaannya kepada kepala desa atau sebutan lain sesuai dengan domisili Pesantren; danmendaftarkan keberadaan Pesantren kepada Menteri. Dari pasal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa pondok pesantren memiliki kewajiban untuk mendaftarkan keberadaannya kepada Menteri Agama melalui Kemenag. Bagaimana caranya mendaftarkan pesantren di Kemenag? Anda bisa membaca lanjutan pada pasal dibawahnya yang intinya adalah dalam mendaftarkan pesantren ke Kemenag dengan cara mengajukan proposal. Siapakah yang mengajukan proposal? Maksudnya disini yaitu orang yang menandatangani pengajuannya, sedangkan yang mengirimkan bisa saja anak buah atau santri, sukur-sukur datang sendiri pihak yang berwenang mengajukannya. Adapun yang mengajukan proposal ini adalah salah satu dari 4 dibawah ini; yaitu perseorangan,yayasan,organisasi kemasyarakatan Islam, dan/ataumasyarakat. Kenapa salah satu dari empat tersebut? Tergantung bagaimana pengurus mengelola lembaga pesantren. Apabila pengelolanya perseorangan maka yang mengajukan adalah perseorangan, jika yayasan maka pimpinan yayasan, dan seterusnya. Lebih spesifik mengenai yang mengajukan proposal ada penjelasan syarat siapa yang mengajukan. Berikut ketentuan yang mengajukan. Perseorangan adalah orang yang beragama Islam. Yayasan pengertiannya dengan spesifikasi berbentuk badan hukum yayasan;yang mendirikan dan memilikinya adalah umat Islam; danbergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islam. Organisasi kemasyarakatan Islam dengan ketentuan; berbentuk badan hukum perkumpulan; danbergerak di bidang pendidikan, sosial, dan dakwah Islam. Masyarakat adalah terdiri atas kelompok orang yang beragama Islam. Setelah mengetahui pihak yang mengajukan untuk mendaftarkan pondok pesantren, langkah selanjutnya yaitu membuat proposal. Lampiran Proposal Mendaftarkan Pondok Pesantren ke Kemenag Proposal ini ditujukan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau Kota tempat lembaga pondok pesantren berada. Pengecualian pada ponpes cabang yang akan dibahas pada pembahasan tersendiri. Bagaimana bentuk proposal pengajuannya? Sampai saat ini belum ada contoh proposal pengajuan terbaru melalui SK Dirjen Pendis. Tentunya nanti akan ada sebagaimana sebelumnya. Yang jelas, dalam pengajuan mendaftarkan pesantren ke Kemenag ini dalam proposal harus menyertakan lampiran sebagai berikut; surat pernyataan komitmen untuk mengamalkan nilai Islam rahmatan lil’alamin dan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, serta Bhinneka Tunggal Ika;FC KTP Kiai pengasuh Pesantren;kurikulum & dokumen-dokumen pembelajaran;List nama Santri mukim minimal 15 lima belas orang;keputusan pengesahan badan hukum bagi yayasan dan organisasi masyarakat Islam;daftar nama ustadz pengajar dan tenaga kependidikan;foto gedung, papan nama, dan denah Pesantren;surat keterangan domisili dari desa/ kelurahan; danFC bukti dokumen kepemilikan tanah Akta, Letter D, Pethuk, dll. Apabila proposal lengkap dan melampirkan syarat, selanjutnya pemohon menjilid dan mengirim ke Kantor Kementerian Agama, selanjutnya diproses perizinannya. Seperti apa proses dan syarat ketentuannya? Lebih detil anda bisa membaca pada artikel syarat pendirian Pondok Pesantren. Apabila memenuhi syarat selanjutnya pesantren mendapatkan PSP Piagam Statistik Pesantren dari Jakarta. PSP ini dengan tanda tangan Direktur Jenderal Pendidikan Islam atas nama Menteri Agama. Jika sudah ada contoh proposal resmi dari Kementerian Agama insyaallah akan kami bagikan contoh proposal pengajuan tersebut dalam format doc update informasi dari file yang lama. berikut adalah tautan artikel untuk mengunduh BLANGKO FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN KEBERADAAN PESANTREN Kesimpulan mendaftarkan Pondok Pesantren Ke Kemenag caranya adalah membuat proposal dan mengajukannya ke Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau kota. Proposal pengajuan melampirkan syarat yang ada dalam PMA no 30 th 2020 ada diatas. Kankemenag menindaklanjuti proposal dengan verifikasi file pengajuan dan melakukan kunjungan lapangan visitasi. Kemudian memprosesnya sesuai ketentuan dan aturan. pesantren yang memenuhi syarat mendapatkan Izin terdaftar dalam bentuk PSP piagam Statistik Pesantren. Wilujeng sonten, selamat mengelola pesantren. Wassalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.PondokPesantren Baitul Hikmah Depok adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang didirikan oleh DR. KH. Muhammad Hamdan Rasyid, MA dan keluarga di atas tanah seluas kurang lebih 5.000 M2 (lima ribu meter persegi) yang terletak di Jl. Curug Taufiq 90 RT.02 RW. 02 Kelurahan Curug – Kecamatan Bojongsari – Kota Depok yang dibeli dan diwakafkan kepada
– berbagi pengalaman mengenai plang ataupun plakat yang juga disebut dengan Papan Nama Lembaga Taman Pendidikan Alquran berdasarkan penuturan Kyai Pengelola Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah Takmiliyah dan TPA. Fungsi Papan Nama Bagi lembaga sosial yang berberak dibidang pendidikan dalam hal ini keagamaan utamanya TPQ, papan nama merupakan media statis sebagai identitas lembaga dan perkenalan eksistensinya. Fungsi lain dari plang atau plakat yaitu untuk informasi dasar kepada masyarakat umum mengenai keberadaan Lembaga TPQ, siapa yang mengelola, dimana dan bagaimana melakukan kontak komunikasi dengan pengelola lembaga. Bukan hanya berungsi sebagai informasi dasar, tapi juga bisa berguna untuk sarana promosi memperkenalkan macam ragam lembaga yang dikelola supaya masyarakat tertarik menyekolahkan pendidikan anak di TPA dimaksud. Ukuran Papan nama TPQ Dari kementerian agama tidak dicantumkan secara eksplisit mengenai ukuran papan nama lembaga. Dengan begitu pengelola TPQ bebas membuat dengan ukuran yang dimau menyesuaikan dengan keadaan keuangan maupun asas kepantasan dalam membuat papan nama. Papan nama umumnya terbuat dari bahan bahan yang memiliki keawetan lebih baik. Hal ini diperlukan karena plang atau plakat umumnya ditempatkan di luar ruangan dan berada disitu 24 jam penuh. Dengan terpapar hujan panas langsung jika suatu papan nama menggunakan bahan dasar yang tidak baik maka hanya bertahan beberapa saat. Beberapa bahan yang sering dijadikan sebagai papan nama yaitu Kayu Tripleks blabag/papan kayu maupun sejenisnya Besi, seng, aluminium maupun material sejenis Banner MMT Kombinasi dari bahan diatas. Hal yang perlu di cantumkan dalam papan nama ilustrasi santri TPQ belajar Berdasarkan penuturan kyai diatas, bahwasanya papan nama mempunyai salah satu fungsi sebagai informasi dasar suatu lembaga. Dengan demikian maka pembuatan papan nama perlu mencantumkan hal hal yang dimiliki lembaga, adapun prioritas yang dicantumkan adalah Nama Yayasan beserta nomor notaris Logo Lembaga Nama Lembaga Alamat Lembaga Nomor telfon Lembaga Nomor Izin operasional/nomor statistik lembaga Bagaimana jika tidak mempunyai yayasan? Kalau tidak ada ya tidak dicantumkan. Bukan hanya sebagai sarana informasi awal, akan tetapi jika pembuatan papan nama ini mencantumkan hal diatas, apabila nanti mengajukan akreditasi akan menambah skor penilaian karena kelengkapan dan akurasi data yang baik. Contoh papan nama TPQ. Berikut kami kirimkan gambar contoh papan nama lembaga Taman Pendidikan Alquran dengan kriteria bahwa lembaga tersebut dibawah suatu yayasan dan sudah mempunyai izin operasional TPQ. contoh-plang-plakat-papan-nama-TPQ demikian tulisan perihal papan nama, semoga menambah khazanah keilmuan dan saling berbagi informasi terkait pendidikan pada TPA. jika ada informasi lebih lanjut mengenai papan nama TPQ akan dilakukan penambahan keterangan. salam TPQ. Read more articles Ibnu Singorejo Postingan baru Kami usahakan Jadwal hari Senin dan Jumat akan ada tambahan postingan artikel baru. Terima kasih sudah menyimak. saran dan kritik serta sumbangan artikel kami tunggu. contact info cspontren twitter PontrenDotCom FB Gadung GiriPadatahun 1984, atas ketekunan dan usaha keras Tgk. H. Saidi Ansari, pesantren tersebut memperoleh badan hukum yayasan dengan nama Yayasan Dayah/pesantren Darul Hikmah Islamiyah dengan Akte Notaris Nomor 09 tanggal 14 Februari 1984. Pada tahun 1988, yayasan ini mendirikan panti asuhan yatim piatu sampai sekarang. Ce texte fait partie du cahier spécial Éducation écoles privées Au pied du mont Royal, l'imposant édifice du pensionnat Saint-Nom-de-Marie, avec son péristyle classique avec fronton surmonté d'un dôme à coupole, fait partie du patrimoine architectural de Montréal. Dans cet édifice centenaire aux planchers craquants et aux portes grandioses, fondé par la Congrégation des sœurs des Saints Noms de Jésus et de Marie, 1030 élèves, dont 1020 filles et 10 garçons, apportent une vie palpitante du matin au soir, où musique, bavardage et fous rires sont au rendez-vous. À quoi peuvent s'attendre les parents qui inscrivent leur fille au pensionnat Saint-Nom-de-Marie? Il y a, bien sûr, la qualité du programme scolaire. Fondé en 1905, le pensionnat Saint-Nom-de-Marie trône parmi les meilleurs établissements secondaires de la région de Montréal. Les élèves peuvent y accomplir leur parcours en choisissant parmi trois profils qui enrichissent le programme du ministère de l'Éducation du Québec, tout en bénéficiant d'un soutien pédagogique important. Le profil Vie et monde offre ainsi des cours supplémentaires sur l'environnement, les médias, la culture, les langues vivantes ou la connaissance du monde. Le profil Éducation internationale est axé sur l'apprentissage global, l'ouverture interculturelle et la communication, et le programme Danse-études, au sein duquel prennent place les quelques garçons qui fréquentent l'établissement, est mené en partenariat avec l'École supérieure de ballet du Québec ESBQ. Projet éducatif Mais ce qui fait la force de cette école, selon son directeur général, Yves Petit, n'est pas la variété des profils d'études, son taux de réussite exemplaire ou même son classement dans le fameux palmarès des meilleures écoles. Il y a autre chose que faire des mathématiques et de l'histoire. Ce qui nous distingue, c'est notre projet éducatif, ce que l'école veut faire développer la personne dans son ensemble. On vient pour apprendre, mais aussi pour se développer d'un point de vue personnel, social, intellectuel et spirituel.» Plus qu'un parcours scolaire, l'objectif pédagogique se double ainsi d'une philosophie d'apprentissage. Avec des voyages jusqu'en Europe ou en Afrique, des activités humanitaires ou bénévoles ou encore une pastorale d'action et d'engagement, le Saint-Nom-de-Marie prône des valeurs axées sur l'engagement des élèves et leur participation citoyenne, rejoignant entièrement le projet d'éducation internationale. Le profil international, mis en place en 1995, touche au plus près les valeurs défendues par l'école», souligne Jessika Valence, directrice des services pédagogiques. Maître et élève À l'appui de ce projet éducatif, la relation maître-élève est choyée par l'établissement, et les élèves du Saint-Nom-de-Marie bénéficient d'une structure complète d'encadrement et de soutien pédagogique. Des cours de titulariat, offerts à tous les niveaux, sont entièrement axés sur les élèves, leur façon d'être et de faire et la manière dont se passent leurs cours. Par ailleurs, des cours de soutien pédagogique se donnent à différentes heures de la journée, soit le matin, à l'heure du dîner ou le soir, aux élèves qui éprouvent des difficultés. Ce sont les enseignants qui recommandent l'inscription de certains élèves. Il ne s'agit pas d'une classe, mais cela permet aux élèves de poser des questions, en petits groupes», précise Jessika Valence. Pour Yves Petit, il s'agit là d'un véritable engagement de l'école Quand on accepte une élève en première secondaire, on l'amène jusqu'au diplôme. Parfois, cela prend plus d'efforts, mais nous sommes là pour ça. Tout est mis en oeuvre pour que les élèves se sentent en sécurité. Elles savent que, si elles font une erreur, elles seront soutenues», affirme-t-il. En plus de cela, un service d'appoint en orientation scolaire passe par des rencontres individuelles avec une con-seillère en orientation dès la première secondaire ou encore par des activités de con-naissance de soi et des tests de personnalité pour une catégorisation des différents types d'individus et d'intérêts artistes, intellectuels, entrepreneurs... L'objectif affiché les aider à mieux trouver leur place dans la société. Appartenance Yves Petit insiste sur le sentiment d'appartenance unique établi à l'école. Le séjour au Saint-Nom-de-Marie est une histoire de coeur et, pour beaucoup, une ambiance de famille. Le fait qu'il s'agit encore d'un pensionnat teinte beaucoup la vie des élèves. Dès le lever du soleil, des élèves se promènent et il y a de la vie dans l'école, jusqu'au soir. L'école est toujours ouverte pour les élèves. Elles sont chez elles.» Parmi les éléments qui influencent également le sentiment d'appartenance cultivé par l'établissement, citons le fait que les élèves demeurent toujours dans la même classe et que ce sont les enseignants qui se déplacent. Elles personnalisent leur classe et créent un lien d'appartenance, affirme Yves Petit. C'est une grande famille avec de petits noyaux les élèves ont un responsable par niveau, un professeur titulaire et un espace de travail.» Pour filles Et, malgré les 10 garçons qui prennent place parmi les é-lèves, le Saint-Nom-de-Marie est bien une école de filles, et cela fait une différence tant au niveau scolaire que social. Les filles n'apprennent pas de la même façon. On va les chercher avec des exemples qui les rejoignent, et elles embarquent plus facilement. Il est parfois difficile de trouver des exemples qui rejoignent les deux sexes», explique Jessika Valence. Cela crée une dynamique, renchérit Yves Petit. Les filles entre elles osent faire beaucoup de choses qu'elles ne feraient pas autrement. On le voit dans les débats qu'elles ont entre elles, dans les questions qu'elles osent poser.» C'est encore la composante féminine qui teinte l'esprit de l'école jusque dans ses activités parascolaires yoga, théâtre, guitare, méditation, autodéfense, aérobie, confection de bijoux, maquillage, photographie ou encore cheerleading. Les activités parascolaires ont été conçues en fonction des intérêts des élèves, et parfois même instaurées à leur demande. Les filles se sentent bien, c'est leur milieu», poursuit le directeur de l'établissement. Le partenariat avec l'école de musique Vincent-d'Indy, qui permet aux élèves d'acquérir une formation musicale de qualité, le nombre élevé d'équipes sportives et le charme du lieu, sa chaleur et ses planchers d'origine y sont sans doute pour quelque chose. On peut avoir un équipement à la fine pointe, si les élèves sont malheureuses, la scolarité est vouée à l'échec, explique Yves Petit. Est-ce que les jeunes aiment l'école? Ici, on les retrouve heureuses.» *** Collaboratrice du Devoir Ce contenu a été produit par l’équipe des publications spéciales du Devoir, relevant du marketing. La rédaction du Devoir n’y a pas pris part. À voir en vidéo
YayasanQusyairiyah lahir dan hadir untuk memenuhi kebutuhan mengenai pembentukan generasi yang berilmu tersebut. Yayasan Qusyairiyah berusaha dan bertekad mendirikan sebuah lembaga pendidikan berupa Pondok Pesantren yang akan diberi nama, Pengadaan mobiler lemari k & papan tulis: Rp. 7.520.000. 20. Pengadaan Dipan tingkat dan lemari
RAKHMAD ZAILANI KIKI; Ketua PW Rabithah Ma`ahid Islamiyah RMI, Asosiasi Pesantren NU DKI Jakarta Kasus si predator Herry Wirawan HW yang memperkosa belasan anak di bawah umur menjadi sorotan dan polemik di masyarakat yang minimal terpolarisasi dalam dua kubu. Kubu pertama menyatakan, diakui saja bahwa pelakunya HW adalah pengasuh pesantren dan kehadiannya di pesantren. Sedangkan kubu kedua menyatakan bahwa si pelaku bukan pengasuh pesantren, tetapi pemimpin sebuah boarding school, namanya Madani Boarding School yang juga menjadi tempat kejadian perkara. Dan saya berada di kubu kedua ini. Alasan kubu kedua ini yang sudah saya buatkan rilis beritanya atas nama Ketua PW RMI-NU DKI Jakarta dan diviralkan oleh banyak media online, sangat jelas karena memang nama yayasan dan tulisan papan nama dari lembaga pendidikan yang dipimpin HW ini tidak mencantumkan kata pesantren, tetapi boarding school. Tidak juga ditulis Islamic boarding school yang bisa saja disama-samakan dengan pesantren atau pondok pesantren. Jika alasan dari kubu pertama bahwa, konon, lembaga pendidikan yang dipimpin HW ini ada izin operasionalnya dari Kementerian Agama setempat sebagai pesantren, maka itu maladministrasi, kekhilafan dari Kementerian Agama setempat yang sudah dicabut izin operasionalnya. Jika si predator HW ini terbukti aktif di sebuah organisasi pesantren, maka dia adalah oknum, penyusup yang merusak organisasi pesantren dan nama baik pesantren. Sesederhana itu memahami dan menjelaskannya bahwa lembaga pendidikan yang dipimpin HW bukan pesantren. Saya mengistilahkannya dengan pseudo pesantren. Kata pseudo berasal dari kata bahasa Yunani, pseudes, artinya berbohong atau salah. Kata pseudo digunakan untuk menandai sesuatu yang secara dangkal tampak dan atau berperilaku seperti hal lain, tapi bukan hal lain itu. Secara istilah, pseudo berarti berarti kebetulan, tiruan, penipuan yang disengaja atau kombinasi dari semua itu. Maka, pseudo pesantren saya artikan dengan pesantren palsu. Terhadap pseudo pesantren atau pesantren palsu inilah masyarakat harus waspada, harus jeli, dan tahu ciri-cirinya. Terhadap pseudo pesantren atau pesantren palsu inilah masyarakat harus waspada, harus jeli, dan tahu ciri-cirinya yang membedakan dengan pesantren yang sebenarnya sehingga tidak memasukkan anaknya, saudaranya atau orang lain ke pseudo pesantren atau pesantern palsu ini. Dan pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Agama, bisa menindaknya dengan tidak memberikan izin operasional atau jika sudah telanjur memberikan izin, izinnya dicabut, memberikan sanksi, dan lain-lain. Pseudo pesantren atau pesantren palsu yang saya maksud bukan hanya seperti lembaga pendidikan milik si predator HW yang di papan namanya tertulis boarding school. Namun juga lembaga pendidikan mana saja yang mencantum nama pesantren atau pondok pesantren di dalam akte yayasannya atau papan namanya, tapi dalam konsep dan praktiknya bukan pesantren yang sebenarnya. KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam sebuah tulisannya menjelaskan tentang pengertian, konsep, dari pesantren yang sebenarnya. Menurut Gus Dur, pesantren adalah subkultur asli Nusantara yang selama ini mampu mempertahankan diri dari serangan kultural yang silih berganti, sebagaian besar dapat dicari sumbernya pada karisma yang cukup fleksibel untuk mengadakan inovasi pada waktunya. Kemampuan ini dimiliki pesantren karena adanya dua penunjang kehidupannya yang utama, yaitu warga pesantren dan warga masyarakat luar yang mempunyai hubungan erat dengan pesantren. Menurut Gus Dur, yang termasuk dalam warga pesantren adalah kiai ajengan, nun, atau bendara yang menjadi pengasuh, para guru ustaz, bentuk ganda asatidz dan para santri. Kepengurusan pesantren adakalanya berbentuk sederhana. Di mana kiai memegang pimpinan mutlak dalam segala hal. Sedangkan kepemimpnanya itu seringkali diwakilkan kepada seorang ustaz senior selaku lurah pondok. Seorang kiai dan para pembantunya merupakan hierarki kekuasaan satu-satunya yang secara eksplisit diakui di dalam pesantren. Demikian besar kekuasaan seorang kiai atas santrinya, sehingga seorang santri untuk seumur hidup akan senantiasa merasa terikat dengan kainya. Demikian besar kekuasaan seorang kiai atas santrinya, sehingga seorang santri untuk seumur hidup akan senantiasa merasa terikat dengan kainya, minimal sebagai sumber inspirasi dan penunjang moril dalam kehidupannya. Adapun kedudukan ustaz memiliki dua fungsi pokok sebagai latihan penumbuhan kemampuan untuk menjadi kiai di kemudian hari, dan sebagai pembantu kiai dalam mendidik para santri. Dan yang dimaksud dengan santri adalah siswa yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri. Ini merupakan persyaratan mutlak untuk memungkinkan dirinya menjadi anak didik kiai sepenuhnya. Sedangkan yang dimaksud masyarakat luar adalah sebuah kelompok masyarakat yang dinamai “golongan santri” dikenal juga dengan sebutan “masyarakat kaum”, sedangkan daerah tempat tinggal mereka biasa disebut “kauman”. Golongan masyarakat kauman inilah yang ikut memelihara pesantren dengan memberikan dukungan meteril dan menyediakan calon santri yang akan belajar di pesantren. Dan yang jelas ustaz atau kiai tidak tinggal bersama santriwati-santriwati putrinya dalam satu rumah seperti si predator HW. Yang dijelaskan Gus Dur di atas merupakan ciri-ciri pesantren yang sebenarnya yang menurut saya tidak dimiliki oleh pseudo pesantren atau pesantren palsu. Dan ciri lainnya yang tidak kalah penting yang tidak dimiliki pseudo pesantren adalah di pesantren sebenarnya santri perempuan atau santriwati diajarkan atau ada yang diasuh khusus oleh ustazah atau bu nyai. Jika ada ustaz atau kiai yang mengajar, maka adabnya sangat dijaga, seperti memakai tabir atau tirai sehingga ustaz atau kiai tidak dapat menatap langsung santriwati-santriwatinya dan cara lainnya. Dan yang jelas ustaz atau kiai tidak tinggal bersama santriwati-santriwati putrinya dalam satu rumah seperti si predator HW. 2e8k.